Tuesday, December 1, 2009

Menegasikan Renaissance di Eropa

Judul Buku :1434; Saat Armada Besar China Berlayar ke Italia dan Mengobarkan Renaisans
Judul Asli : 1434; The Year a Magnificent Chinese Fleet Sailed to Italy and Ignited the Renaissance
Penulis :Gavin Menzies
Penerjemah :Kunti Saptoworini
Editor :Indi Aunullah
Penerbit :Pustaka Alvabet, Tangerang
Cetakan : I, 2009
Tebal : xvii + 430 hlm

Tuesday, April 7, 2009

Jalan Terjal Bung Kecil


Jalan diplomasi rupanya bagi sebagian orang masih bisa menyisakan celah pincang. Bahkan dalam rentang sejarah bangsa ini, ada beberapa tokoh yang antipati dan menentang habis-habisan jalan atau cara-cara seperti itu. Sebut saja, salah satunya dan yang paling keras adalah Tan Malaka. Dalam skala besar mencapai kemerdekaan negeri ini, ia adalah sosok yang sangat anti pada cara-cara diplomasi, kooperatif atau jalan persuasif semacamnya. Mengenai jalan yang ditempuhnya itu, Tan telah menunjukkan dirinya sebagai tipikal manusia yang anti imperialisme murni. Ia pernah berujar: “Bangsa Indonesia yang sejati belum punya riwayat sendiri selain perbudakan.

Jejak Berdarah Sang Penakluk



Judul Buku : Jenghis Khan; Legenda Sang Penakluk dari Mongolia
Judul Asli : Genghis Khan; Life, Death and Resurrection
Penulis : John Man
Penerjemah : Kunti Saptoworini
Penerbit : Pustaka Alvabet, Tangerang
Cetakan : Pertama, November 2008
Tebal : 576 halaman

Lekra (Meng)gugat Sejarahnya


Judul Buku : Lekra Tak Membakar Buku (Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965)
Penulis : Rhoma Dwi Aria Yuliantri & Muhidin M. Dahlan
Penerbit : Merakesumba, Jogjakarta
Cetakan : I, September 2008
Tebal : 584 halaman

Mengais Realitas dalam Novel Sejarah

Dewasa ini, begitu banyak novel bertemakan sejarah. Novel-novel tersebut tidak sulit kita dapatkan di deretan rak toko buku. Antara lain, novel serial Gajah Mada oleh Langit Kresna Hariadi (LKH), lima jilid yang tebalnya lumayan menguras pikiran. Lalu sebuah novel tentang sejarah kehidupan kongsi dagang zaman Hindia Belanda, VOC, berjudul Rahasia Meede; Misteri Harta Karun VOC, yang ditulis E.S. Ito. Tak ketinggalan novel Diponegoro-nya Remy Sylado, salah satu pengarang yang dikenal setia menekuni genre sejarah, yang sebelumnya sukses dengan duo novel berlatar belakang sejarah, Ca Bau Kan dan Parisj van Java.

Gerakan “Kama Sutra” Buku


Kapan kegiatan membaca dianggap sebagai suatu pekerjaan yang bergengsi, yang bukan sekadar untuk mengisi waktu luang saja. Dan orang yang tidak doyan membaca dianggap sebagai orang yang tidak gaul. Mungkin hal tersebut tidak akan jauh dari angan bila kebiasaan membaca, minimal menjadi ikon bangsa yang punya kehendak untuk maju ini. Realitanya, belum banyak orang yang sadar diri untuk segera mengintimi buku. Gairah membaca belum membudaya apalagi menjadi menu sehari-hari kita. Ah, betapa menyenangkannya andai prototipe sebagai bangsa literal melekat pada jati diri bangsa ini.

Thursday, March 12, 2009

Subversivitas Sastra Indonesia Modern


Betapa kelam yang mengendap dalam labirin peristiwa, kerap melahirkan momentum yang senantiasa ingin dikenang oleh generasi masa kini. Kendati, untuk sungguh-sungguh mencecap pesan sebuah zaman atas sajian ciptaannya, tidaklah mudah. Paling tidak, kita harus rela menghanyutkan diri pada dalamnya senarai ragam peristiwa yang diguratkan oleh sebuah takdir. Tentu juga atas segala hal yang menggumpal dalam pernik tragedi. Membaca dan menapaktilasi sejarah sastra Indonesia di awal pertumbuhannya (dengan embel-embel modern) adalah membaui haru-biru aroma itu. Mereka (para seniman-sastrawan tempo dulu), bagi kita setidaknya, bukan menggores percik hampa atau sebatas merajut frase luka. Tapi juga menelorkan sebuah formula.

Simbol Abadi Pemersatu Negeri




Judul Buku : Nusantara: Sejarah Indonesia
Penulis : Bernard H.M. Vlekke
Penerjemah : Samsudin Berlian
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan : I, 2008
Tebal : xxiv + 528 halaman

Friday, February 20, 2009

Sastrawan, Buku, dan Imajinasi

Dalam dunia kepenulisan, totalitas pengarang adalah sebuah keinginan untuk tidak memenjarakan imajinasi. Lidah para sastrawan menjadi jembatan penghubung dunia imajinal ke dunia kenyataan. Keberhasilan memainkan imajinasi menjadi harga mati yang harus dipertaruhkan seorang pengarang. Tidak banyak yang bisa mengeksplorasi cerita menjadi mahakarya yang tak tertandingi. Dari yang sedikit itu, kita diperkenalkan dengan Karl May dengan seri Winnetow-nya, J.K. Rowling dengan serial sihir Harry Potter yang benar-benar menyihir. Dari dalam negeri muncul Agus Sunyoto dengan serial sufisme kontroversial, Syech Siti Jenar (Suluk 1-7), Pramoedya Ananta Toer dengan roman Tetralogi Buru-nya, dan segudang pengarang lain.